Kamis, 02 Juni 2011

Kajian Profil dan Permasalahan Produksi dan pemasaran pada usaha budidaya ayam broiler pola kemitraan dan pola mandiri di kabupaten Banjar

Kajian Profil dan Permasalahan Produksi dan Pemasaran pada Usaha Budidaya Ayam Broiler Pola Kemitraan dan Pola Mandiri di Kabupaten Banjar

(Profile and Problem of Production and Broiler Marketing at Two Model
Farming System at District of BanjarRegion )

Tintin Rostini dan Danang Biyatmoko

*) Jurusan Produksi Ternak Faperta Uniska Jl. Adyaksa No. 2 Banjarmasin KalSel


ABSTRACT
Objectives of this research is to know the profile and problem of production and broiler marketing at farming at two model system of plasma farm and farmer farm at district of Banjar region.
This research using survey method and questioner. Research using 30 respondens by purposive sampling technic (Gays ,1991). This data will analized by descriptive method depend on the aspecs.
Result of this research showed broiler bussines still significan produce good margin for farmer seeing by aspecs : a) supplay and demand , b) selling price of broiler , c) opportunity of market, and d) policy of governance. All aspecs are positive to help farmer get the profit. But there are some trouble so the farmer must anticipate it if they want to success in their bussines of broiler farm. Some trouble that identify consist of two items, that are production trouble and market trouble . The market trouble are fluctuation selling price of broiler, capital and there is manipulated price of product and equipment from farm industri to plasma farmer. The production trouble are weakness of market acces, fluctuated of selling price product, family system og management, low of margin, low skill of farmer, and the doubness of bank to support the farmer bussines of broiler.
Key word : profile plasma and farmer farm, broiler, district of Banjar region

PENDAHULUAN
Usaha ayam ras pedaging merupakan salah satu jenis usaha yang sangat potensial dikembangkan. Hal ini tidak terlepas dari berbagai keunggulan yang dimilikinya antara lain masa produksi yang relative pendek kurang lebih 32-35 hari, produktivitasnya tinggi, harga yang relative murah, dan permintaan yang semakin meningkat. Beberapa faktor pendukung usaha budidaya ayam ras pedaging sebenarnya masih dapat terus dikembangkan, antara lain karena permintaan domestik terhadap ayam ras pedaging masih sangat besar. Kecenderungan ini dapat dihubungkan dengan pertumbuhan permintaan terhadap daging ayam ras yang rata-rata besarnya mencapai 7% per tahun. Angka kebutuhan nasional terhadap daging ayam ras sebesar 3,3 kg per kapita per tahun. Pertambahan permintaan terjadi karena kenaikan pendapatan perkapita, pertambahan penduduk dan peningkatan kesadaran gizi sebagai akibat berhasilnya program penyuluhan gizi. Peningkatan permintaan juga terjadi sewaktu-waktu disebabkan karena lonjakan permintaan terjadi pada hari-hari besar (lebaran, natal, tahun baru) maupun pada akhir-akhir bulan.
Kabupaten banjar merupakan salah satu kabupaten yang mendapatkan prioritas pertama yang dicanangkan Dinas Peternakan Propinsi Kalimantan selatan sebagai sentra pengembangan ayam ras pedaging, Hal ini didukung dengan luas areal dan topografi lahan yang dapat dimanfaatkan untuk usaha peternakan. Kondisi ini juga ditunjang oleh banyaknya perusahaan kemitraan pola Inti-Plasma dan beberapa poultry shop yang mendukung berkembangnya populasi ayam ras pedaging. Disamping itu bibit dan saprodinya juga didukung oleh berdirinya beberapa pembibitan dan penetasan ayam ras pedaging di Kabupaten Banjar dan kabupaten sekitarnya antara lain PT Wonokoyo Rojokoyo di kecamatan Ulin, PT Patriot di kecamatan Bati-Bati, PT Samsung serta berdirinya industri pakan ternak PT Japfa Comfeed di Kabupaten Tanah Laut.
Berdasarkan Data Statistik Peternakan Kalsel (2008) populasi ayam ras pedaging di Kabupaten Banjar tahun 2008 yaitu 3 949 998 ekor atau 18.342 % dari populasi ayam ras pedaging Kalsel. Jumlah populasi ayam yang besar ini mampu menyerap tenaga kerja yang bekerja pada peternakan ayam ras pedaging sebanyak 20.624 orang (Statistik Peternakan 2008) dari data ini kita memperoleh gambaran bahwa Kabupaten Banjar merupakan pemasok ayam ras pedaging potensial untuk kabupaten-kabupaten lain.
Usaha budidaya ayam ras pedaging (broiler) ini saat ini dikembangkan melalui pola kemitraan antara perusahaan dan peternak plasma dengan system Inti-Mitra dan juga pola mandiri yang dikembangkan peternak mandiri melalui pendanaan mandiri atau pinjaman melalui kredit perbankan. Namun demikian banyak disinyalir usaha ini dipengaruhi oleh kendala dan permasalahan dalam aspek produksi dan pemasaran. Untuk mengoptimalkan upaya pertumbuhan dan pengembangan UMKM ini maka perlu kita ketahui profil dan permasalahan yang ada di peternak dan lingkungan terkait lainnya baik pelaku usaha, pedagang ayam (brooker), perusahaan kemitraan dan peternak yang terlibat dalam mata rantai usaha ini.
Tujuan dari penelitian ini adalah melakukan kajian profil dan permasalahan pada aspek produksi dan pemasaran yang terjadi pada usaha budidaya ayam broiler dalam pengembangan komoditas usaha ayam broiler di Kabupaten Banjar.

METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu
Penelitian berlangsung selama 3 bulan,dimulai dari persiapan penelitian, pelaksanaan penelitian (survei dan penjaringan data responden), sampai laporan akhir penelitian. Penelitian dilaksanakan pada peternakan ayam broiler baik yang mengikuti Pola Kemitraan dengan perusahaan kemitraan atau peternak mandiri yang membiayai secara mandiri usaha broiler yang dijalankan, yang berada pada sejumlah desa dan kecamatan pada Kabupaten Banjar sebagai salah satu sentra peternakan ayam broiler di Kalimantan Selatan.
Metode Penelitian
Penelitian menggunakan metode survei dan kuesioner, menggunakan 30 responden berasal dari peternak ayam broiler baik pola mandiri maupun pola kemitraan, perusahaan kemitraan, dan pedagang ayam (brooker), menggunakan teknik purposive sampling (Gays, 1981). Purposive sampling responden juga dilakukan berdasarkan tingkat sebaran populasi ayam broiler di desa dan kecamatan yang ada di Kabupaten Banjar.

Analisis Data
Data dianalisis secara deskriftif berdasarkan aspek pembahasan sesuai kajian penelitian yang dilakukan meliputi aspek permintaan, penawaran, .

HASIL DAN PEMBAHASAN
Profil Peternakan Ayam Broiler
A. Permintaan
Beberapa faktor pendukung bisnis usaha kecil budidaya ayam ras pedaging sebenarnya masih dapat terus dikembangkan, antara lain karena permintaan domestik terhadap ayam ras pedaging masih sangat besar. Kecenderungan ini dapat dihubungkan dengan pertumbuhan permintaan terhadap daging ayam ras yang rata-rata besarnya mencapai 7% per tahun. Angka kebutuhan nasional terhadap daging ayam ras sebesar 3,3 kg per kapita per tahun. Sementara itu permintaan terhadap total daging unggas hanya sebesar 4.6 Kg per tahun. Dengan demikian protein hewani asal daging unggas, yang berasal dari daging ayam ras mencapai 71,7%.
Permintaan (demand) di Kab. Banjar saja, didekati dari jumlah pemotongan ayam ras pedaging mencapai 20 ribu ekor/hari. Sementara berdasarkan hasil diskusi dengan pihak terkait ayam ras pedaging yang dijual keluar dari Kab. Banjar berkisar 60 – 70 ribu ekor/ hari atau setara dengan 97,2 – 113,4 ton per hari. Permintaan yang cukup tinggi ini dicukupi sebagian besar dari suplay ayam berasal dari peternak plasma Pola Kemitraan dan selebihnya peternak Pola Mandiri. Dari tahun ke tahun populasi ayam ras pedaging di Kab. Banjar juga menunjukkan peningkatan seiring menggeliatnya pertumbuhan peternak ayam di bisnis ini. Tercatat pada Tahun 2008, peningkatan pertumbuhan ternak ayam ras pedaging di Kab. Banjar meningkat 3,6 % dengan populasi mencapai 3.949.998 ekor dan kecenderungannya akan terus tumbuh. Daging berasal dari ayam ras pedaging juga memberikan sumbangan yang besar bagi masyarakat Kab. Banjar dengan meningkatnya konsumsi daging ternak yang besarnya mencapai 10,23 kg/kapita/tahun atau setara dengan 0,53 gram/kapita/hari. Walaupun demikian capaian ini masih jauh lebih rendah dari standar capaian nasional sebesar 6 gram/kapita/hari. Dengan demikian tingkat capaian Kab. Banjar masih berkisar 69,66% (Laporan Tahunan Disnak Kab. Banjar, 2008) dari standar nasional. Target ini masih dapat terus ditingkatkan mengingat kebutuhan masyarakat akan daging ayam yang juga meningkat dari tahun ke tahun. Tingkat harga eceran daging ayam ras yang relatif masih jauh lebih murah (Rp14.000,00 per Kg) daripada harga daging sapi (Rp 60.000 per Kg), juga merupakan faktor dominan yang menentukan tingginya permintaan terhadap protein yang berasal dari hewan.
B. Penawaran
Secara umum , produksi ayam ras pedaging di Kab. Banjar dapat berlangsung 6 kali siklus panen dalam setahun. Dalam 6 kali siklus tersebut terdapat 1 – 2 siklus panen yang kurang baik, yaitu pada saat terjadi peralihan musim antara musin kemarau ke penghujan atau sebaliknya. Hal ini diakibatkan munculnya beberapa penyakit seperti CRD (Ngorok), Snot/Coryza (Pilek ) , ND (Tetelo), dan beberapa penyakit lainnya seperti Coccidiosis (Berak darah) dan Pullorum (Berak kapur). Akan tetapi dengan pengelolaan manajemen pemeliharaan dan sanitasi –higiene kandang yang baik kondisi di atas dapat dihindarkan, dan hasil produksi tetap stabil seperti pada produksi sebelumnya.
Sampai tahun 2008, tren pertumbuhan populasi ayam ras pedaging menunjukkan peningkatan 3,6 % /tahun, dan peningkatan jumlah peternak ayam ras pedaging mencapai 120 peternak/KK atau meningkat 21,66% dari tahun 2007 yang hanya berjumlah 94 peternak/KK. Wilayah kecamatan terbesar memiliki populasi ayam ras pedaging adalah Kecamatan Karang Intan sebesar 2.117.342 ekor, dan terendah Kecamatan Pengaron. Populasi ayam broiler di Kabupaten Banjar selengkapnya ditampilkan pada Tabel 1.
Tabel 1. Populasi ayam ras pedaging di Kabupaten Banjar (ekor)
No Kecamatan 2004 2005 2006 2007 2008
1 Aluh-aluh - 50 000 132 973 132 973 51 743
2 Beruntung Jaya - - 260 232 260 232
3 Gambut 150 000 264 200 - - 269 313
4 Kertak Hanyar 300 000 150 000 - - 154 043
5 Sungai Tabuk 50 000 135 000 - - 137 613
6 Martapura 1 347 434 1 188 660 1 170 809 1 170 809 1 211 665
7 Martapura Timar - - 2 045 947 2 045 947 -
8 Martapura Barat - - - - -
9 Astambul 2 412 566 - 50 000 50 000 -
10 Karang Intan 105 000 2 077 140 - - 2 117 342
11 Aranio - - - - --
12 Sungai Pinang - - - - -
13 Paramasan - - - - -
14 Pengaron 25 000 10 000 148 848 148 848 8 279
15 Samsung Makmur - - - - -
16 Mataraman - - - - -
17 Simpang Empat 10 000 - - - -
JUMLAH 4 400 000 3 875 000 3 808 809 3 808 809 3 949 998
Sumber : Kabupaten Banjar dalam Angka (2008)

C. Harga Penjualan
Model Plasma Pola Kemitraan : Harga ditentukan oleh Inti berdasarkan harga kontrak pembelian ayam di awal usaha. Posisi plasma lemah dan bargaining nya lemah. Dengan posisi sebagai pembeli tunggal hasil panen ayam ras pedaging , dan adanya tanggungjawab terhadap kesinambungan usaha peternak plasmanya, maka harga yang pantas akan merupakan jaminan kesinambungan pasar dan ikatan emosional yang baik bagi model ini.
Model Peternak Pola Mandiri : Harga ditentukan oleh harga pasar di tingkat eceran, semakin tinggi harga eceran ayam ras pedaging maka harga ayam di kandang yang akan diterima peternak mandiri akan lebih baik. Walaupun harga ini masih banyak dipengaruhi oleh banyak faktor dan seringnya terjadi fluktuasi harga. Tidak ada jaminan terhadap kontinuitas pasar dan kelangsungan usaha mereka.
Berdasarkan data harga yang diperoleh dari Dinas Peternakan Provinsi (2009) diperoleh gambaran variasi harga seperti pada Tabel 2 di bawah ini.
Tabel 2. Harga jual rata-rata di tingkat peternak ayam ras pedaging di Kab. Banjar Tahun 2009

No Bulan Panen Ayam Ras Pedaging Harga Peternak (Rp/Kg) Harga Grosir (Rp/Kg) Harga Konsumen (Rp/Kg)
1.
2.
3.
4.
5. Januari
Pebruari
Maret
April
Mei 13.000 – 15.000
11.000 – 12.500
12.500 – 14.500
12.000 – 16.000
15.500 – 16.000 13.500 – 15.500
11.500 – 13.500
13.500
13.500 – 16.500
14.500 – 16.500 14.500 – 16.000
12.000 – 14.500
14.500
14.500 – 17.500
15.500 – 17.500
Sumber : Laporan Dinas Peternakan Provinsi KalSel (2009)
Berdasarkan harga pada Tabel 2 terlihat bahwa harga ayam ras pedaging menunjukkan kestabilan baik pada tingkat peternak, grosir maupun tingkat konsumen. Akan tetapi kalau kita cermati terlihat adanya kecenderungan kenaikan harga walaupun tidak signifikan. Hal ini baik bagi peternak untuk meningkatkan margin usaha (pendapatan) dari budidaya ayam yang dilakukan. Kenaikan harga tersebut baru berdampak positif apabila kenaikan harga jual ayam tidak diikuti kenaikan harga pakan yang berimbas pada kenaikan ongkos produksi, sehingga dapat dirasakan manfaatnya bagi peternak dalam meningkatkan laba usaha ayamnya.
D. Peluang Pasar
Peluang pasar yang cukup besar bagi usaha ayam ras pedaging karena permintaan konsumen akan daging ayam pedaging masih tinggi, sementara penawaran ayam pedaging dari peternak mandiri dan plasma atau peternakan komersial perusahaan Inti masih belum mencukupi. Data yang diperoleh menyebutkan dalam satu hari ayam pedaging yang keluar dari Kab. Banjar mencapai 60.000 - 70. 000 ekor/hari , sementara serapan pasar di Kab. Banjar hanya 20.000 ekor/hari sehingga sisanya keluar dijual untuk memenuhi permintaan yang tinggi berasal dari Kabupaten/Kota yang lain baik di provinsi sendiri bahkan diluar provinsi termasuk di provinsi KalTeng (Pangkalan Bun, Kapuas, Muara Teweh, Palangka Raya) dan KalTim (Samarinda, Balikpapan). Jumlah yang besar untuk ukuran sebuah kabupaten, dan serapan pasar yang tinggi menjanjikan peluang usaha yang sangat cerah untuk bisnis ini ke depan.
Permintaan yang tinggi sebagai peluang pasar yang perlu diraih pada produk ayam pedaging juga diakibatkan oleh hal-hal meliputi :
1. Peningkatan taraf pendapatan dan tingkat kesejahteraan masyarakat .
2. Peningkatan kesadaran gizi masyarakat
3. Alternatif sebagai pilihan sumber protein hewani yang murah dibanding daging ternak ruminansia (sapi, kerbau, kambing) .
Dilihat dari sisi dukungan kebijakan pemerintah yang ada, usaha yang terbanyak dikelola oleh peternak dan petani ini sangat dilindungi perundangan yang ada. Kebijakan yang berpihak tersebut dapat dilihat antara lain :
a. Kebijakan dari Pemerintah
Kebijakan pemerintah yang bertujuan untuk mendorong dan mendukung pengembangan usaha kecil budidaya ayam ras pedaging (UMKM), mengacu kepada :
o UU Tentang Usaha Kecil No. 9 Tahun 1995.
o UU Tentang Koperasi No. 25 Tahun 1992.
o Keppres No. 22 Tahun 1990, SK Menteri Pertanian No. 62/Kpts/TN.120/1990 dan No.472/Kpts/TN.330/6/1996 serta SK Direktur Bina Pembibitan No. TN.270/346/C/III-0296, yang kesemuanya dapat dikaitkan dengan pengaturan pengembangan budidaya ayam ras pedaging.
b. Kebijakan pada Sektor Moneter
Sedangkan kebijakan pemerintah di sektor moneter yang erat kaitannya dengan upaya-upaya pengembangan usaha kecil pada umumnya, khususnya yang berkaitan pula dengan pengembangan usaha kecil dibidang budidaya ayam ras pedaging, salah satu diantaranya adalah berupa kebijakan yang dikembangkan secara berkesinambungan dalam bidang perkreditan yang sesuai dan cocok dengan kebutuhan masyarakat usaha kecil (pengaturan bunga pada SKIM yang ditawarkan pada Bank –Bank yang ditunjuk BI, seperti Bank BRI dan Bank BPD).
c. Kebijakan di Sektor Riil
Sedangkan kebijakan pemerintah di sektor riil salah satu diantaranya adalah berupa pelaksanaan Program Kemitraan Terpadu (PKT). Melalui bentuk hubungan kemitraan antara Usaha Kecil dengan Usaha Besar ini, maka bilamana ditinjau dari sisi perbankan, tingkat kelayakan bisnis usaha kecil budidaya ayam ras pedaging dapat ditingkatkan. Dengan demikian untuk mendapatkan bantuan kredit semakin terjamin.

E. Pemasaran
Penjualan ayam dilakukan dalam bentuk ayam hidup. Pemasaran ayam ras pedaging dari tingkat peternak baik peternak mandiri Pola Mandiri maupun peternak plasma Pola kemitraan umumnya melalui rantai tataniaga yang cukup ringkas. Pada tingkat peternak plasma Pola Kemitraan , pemasaran dilakukan langsung oleh Inti melalui pola kontrak pembelian yang dilakukan di awal kerjasama dengan masing-masing peternak. Kemudian dari Inti baru didistribusikan atau dijual kepada pedagang pengumpul (broker), selanjutnya diteruskan kepada kelompok pembeli industri olahan, kelompok Makromarket dan kelompok pembeli pembeli retail atau pengecer seperti fast food, pasar tradisional, depot, warung makan. Pada akhir mata rantai pemasaran adalah konsumen sebagai pengguna untuk diolah sebagai pangan.
Pada pola Mandiri, pemasaran lebih sederhana dimulai dari peternak menjual ayam kepada Pedagang pengumpul (broker) tanpa melalui pihak Inti karena membiayai sendiri modal kerjanya, selanjutnya distribusinya sama seperti mata rantai yang ada. Walaupun demikian tidak menutup kemungkinan pemasaran ayam ras pedaging dari pihak produsen (peternak mandiri) dapat langsung sampaipada mata rantai akhir yaitu konsumen pengguna tanpa melalui perantara atau mata rantai di atasnya. Pada beberapa kondisi tertentu, tempat peternakan ayam sering dikunjungi langsung konsumen dan membeli langsung baik secara berdasarkan kontrak atau pembelian retail biasa sesuai kebutuhan konsumen yang ada disekitar wilayah peternakan.
Permasalahan Usaha Budidaya Ayam Broiler
A. Permasalahan Produksi
Masalah atau kendala produksi masih dihadapi dalam budidaya ayam ras pedaging. Kendala terbesar lebih banyak dialami oleh peternak Pola Mandiri dibandingkan peternak plasma Pola Kemitraan. Secara umum kendala utama yang dapat menyebabkan usaha mikro kecil menengah (UMKM) ini mengalami kegagalan produksi, meliputi :
a. Lemahnya Akses Pasar
Posisi tawar yang rendah dan akses pasar yang lemah menyebabkan modal usaha menjadi kurang produktif. Kondisi ini ikut menyumbang faktor penyebab kegagalan usaha yang dijalankan.
b. Harga Jual Ayam Yang Berfluktuasi
Fluktuasi harga penjualan ayam yang terjadi di pasar ayam ras pedaging, menyebabkan adanya ketidakpastian keuntungan penjualan yang diterima oleh para peternak kecil.
c. Sistem Manajemen Keluarga
Modal usaha atau dana yang dikelola dalam usaha ayam ras pedaging relatif besar, sedangkan keuntungan (margin usaha) yang diperoleh peternak tersebut umumnya relatif kecil. Apabila masih menggunakan sistem manajemen keluarga dimana kebutuhan rumah tangga peternak tidak dipisahkan secara benar dengan modal usaha peternakan, maka seringkali terpakai mencukupi pengeluaran rumah tangga yang berakibat menurunkannya modal usaha dan berimpak pada kegagalan dalam pengelolaan usaha ayamnya.
d. Rendahnya Margin Usaha
Rendahnya margin usaha dalam budidaya ayam ras pedaging menyebabkan peternak sulit mengembangkan dan memperbesar skala usaha yang lebih ekonomis, agar usahanya mampu memberi pendapatan keluarga yang lebih layak. Hal ini akan menurunkan semangat dan kegigihan berusaha bagi peternak dalam memajukan usaha ayamnya.
e. Kualitas SDM Peternak masih rendah
Keterampilan (skill) dan pengetahuan tekhnis beternak ayam dari peternak baik plasma dan mandiri masih tergolong rendah. Kemampuan berinovasi dalam teknologi dan budidaya masih kurang baik sehingga memerlukan waktu untuk menjadi peternak unggul. Hal ini pada akhirnya ikut andil terhadap kemajuan usaha ayamnya.
f. Keraguan Pihak Bank dalam Pendanaan Peternak Mandiri
Pada umumnya sebagian besar peternak mandiri tidak mampu memenuhi persyaratan teknis bank, sehingga mereka selalu menghadapi kesulitan untuk mendapatkan dukungan pinjaman kredit guna pengembangan usahanya. Beberapa kendalanya adalah :
• Jumlah peternak mandiri lebih kecil rasionya dibanding jumlah peternak plasma, sehingga sering terjadi permainan harga jual ayam saat panen raya oleh Perusahaan Inti (Pola kemitraan) yang menyebabkan harga yang merugikan peternak mandiri. Dampaknya adalah seretnya pengembalian angsuran kredit ke bank akibat kerugian yang ditimbulkan.
• Kesulitan dalam memenuhi persyaratan pengajuan kredit usaha di bank apabila tidak dalam bentuk kelompok ternak, karena ketiadaan jaminan (agunan).
• Sejak kejadian wabah flu burung beberapa bank memutuskan tidak lagi memberi pinjaman kredit usaha ayam, sampai ada pencabutan tertulis dari pihak bank pusat di Jakarta. Ini menyebabkan perkembangan peternakan ayam ras pedaging di Kab. Banjar belum pesat berkembang sejak flu burung terjadi hingga saat ini.
B. Permasalahan Pemasaran
Masalah pemasaran yang kadang mengganjal jalannya usaha adalah :
1. Dilema akibat fluktuasi harga yang mungkin dapat menyebabkan peternak mandiri mengalami kerugian yang berkepanjangan, yang dapat menjadi penyebab kegagalan usaha dan bangkrutnya usaha yang dijalankan.
2. Peternak mandiri dan plasma menghadapi kekurangan modal kerja, dan sulitnya mendapatkan pinjaman kredit Bank karena ketiadaan agunan atau jaminan lainnya.
3. Terjadi manipulasi terhadap jumlah, mutu dan harga beli dari Inti kepada para peternak yang menjadi plasmanya. Ketidak transparanan mengenai proses jual beli dan mekanisme pembayaran tersebut di atas memungkinkan terjadinya ketidaksinambungan dari proses pemasaran, yang pada gilirannya berdampak pula kepada kegagalan dalam mengangsur kredit.

KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan yang telah dilakukan, kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah :
1. Usaha budidaya ayam broiler di Kabupaten Banjar masih prospektif dan cukup menjanjikan, dengan alasan :
a. Permintaan ayam ras pedaging di Kab. Banjar cukup tinggi berkisar 60 – 70 ribu ekor/ hari atau setara dengan 97,2 – 113,4 ton per hari.
b. Penawaran cukup baik, dimana dengan produksi ayam ras pedaging 6 kali siklus panen/tahun dengan tren pertumbuhan menunjukkan peningkatan 3,6 % /tahun, mampu menyediakan populasi ayam broiler mencapai 3 949 998 ekor / tahun.
c. Fluktuasi harga jual ayam broiler masih dalam batas toleransi yang menguntungkan peternak. Broiler.
d. Pasar ayam broiler cukup baik, dimana penentuan penjualan ayam sangat ditentukan oleh bobot jual ayam yang segmennya berbeda pada peternak pola kemitraan maupun peternak pola mandiri .
e. Dari sisi dukungan kebijakan pemerintah yang ada, usaha yang terbanyak dikelola oleh peternak dan petani ini sangat dilindungi perundangan yang ada
2. Permasalahan utama pada aspek produksi adalah lemahnya akses pasar, harga jual yang fluktuatif, sistem manajemen keluarga, rendahnya marjin usaha, kualitas SDM peternak masih rendah, dan khususnya pada peternak mandiri masih adanya keraguan pihak bank dalam pendanaan usaha budidaya ayam broiler.
3. Permasalahan utama dalam aspek pemasaran adalah fluktuasi harga jual ayam broiler, kurangnya modal usaha ( kemitraan dan peternak mandiri), maupun adanya manipulasi terhadap jumlah, mutu dan harga beli dari Inti kepada para peternak yang menjadi plasmanya (kemitraan).


DAFTAR PUSTAKA
Buku Saku Peternakan Tahun 2004-2008. Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Selatan. Banjarbaru.

Cahyono, Bambang, .1995. Cara Meningkatkan Budidaya Ayam Ras Pedaging (Broiler). Penerbit Pustaka Nusatama Yogyakarta

Direktorat Bina Usaha Petani Ternak dan Pengolahan Hasil Ternak 1997. Usaha Peternakan, Perencanaan Usaha, Analisa dan Pengelolaan . Jakarta
Keputusan Presiden No. 22 Tahun 1990, SK Menteri Pertanian No. 62/Kpts/TN.120/1990 dan No.472/Kpts/TN.330/6/1996 .SK Direktur Bina Pembibitan No. TN 270/346/C/III-0296, Tentang pengaturan Pengembangan Budidaya Ayam ras Pedaging
Kabupaten Banjar Dalam Angka. 2004 - 2008. Badan Pusat Statistik Kabupaten Banjar, Provinsi Kalimantan Selatan.

Laporan Analisa Supply & Demand Daging dan Telur Kalimantan Selatan Tahun 2008 Sub Dinas Pengolahan dan Mutu Hasil Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Selatan, Banjarnaru.

Laporan Produksi Dinas Peternakan Kabupaten banjar , 2008. Distanhud, Bidang Peternakan Kabupaten Banjar

Menteri Pertanian Republik Indonesia. 2002. Pedoman Perizinan dan Pendaftaran Usaha Peternakan. Jakarta.

Produksi Peternakan Provinsi Kalimantan Selatan. 2008. Laporan Biro Perekonomian Sekretariat Daerah Provinsi Kalimantan Selatan. Banjarbaru.
A
Peraturan Pemerintah No 44. Tahun 1997 Tentang Kemitraan.Jakarta
III . DESKRIPSI DASAN
Peraturan Pemerintah No 16 tahun 1977. Tentang Usaha Peternakan. Jakarta
Undang-undang No 9 . Tahun 1995 Tentang Usaha Kecil .
Yana Supriyatna, Sri Wahyuni Dan I Wayan Rusastra. 2006. Analisis Kelembagaan Kemitraan Usahaternak Ayam Ras Pedaging,Laporan Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner . Jakarta.