Jumat, 27 Mei 2011

Penelitian yang didanai DP2m Dikti tahun 2009/2010


PENGARUH TINGKAT KADAR AIR YANG BERBEDA TERHADAP KUALITAS FERMENTASI  SILASE  RANSUM KOMPLIT BERBAHAN BAKU LOKAL
( The Effect difference waterpercentage of matter to Fermentation  Quality of Complete Feed Silage Based on local conten )


Tintin Rostini1,M.Irwan Zakir1, Nahrowi Ramli2, dan Darabon Lubis2

Staf pengajar Faperta Uniska Banjarmasin Kalimantan Selatan1
Staf pengajar Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor 2

ABSTRAK
            Penelitian ini bertujuan untuk melihat sejauh mana tingkat penggunaan kadar air   terhadap kualitas silase ransum komplit berbahan baku lokal  sehingga dapat ditentukan tingkat penggunaan  mana yang memberikan kualitas silase yang baik.
Metode yang digunakan pada penelitian ini merupakan percobaan dengan menggunakan rancangan acak lengkap terdiri atas empat  perlakuan dan tiga  ulangan. Adapun perlakuan tersebut adalah SRK40 (silase ransum komplit berbahan baku lokal dengan tingkat kadar air 40 %), SRK50 (silase ransum komplit berbahan baku lokal dengan tingkat kadar air 50 %), SRK60 (silase ransum komplit berbahan baku lokal dengan tingkat kadar air 60 %) dan SRK70 (silase ransum komplit berbahan baku lokal dengan tingkat kadar air 70 %). Peubah yang diukur adalah penentuan kualitas fermentasi meliputi: karakteristik fisik silase (warna, bau, tekstur dan keberadaan jamur), karakteristik kimia (pH, dan karakteristik mikrobial (jumlah koloni bakteri asam laktat). 
            Hasil penelitian menunjukkan bahwa empat silase ransum komplit (SRK40, SRK50 SRK60 dan SRK70) mempunyai kualitas fermentasi  yang baik setelah 21 hari masa ensilase . Namun jika dibandingkan empat  jenis silase ransum komplit tersebut, perlakuan silase ransum komplit berbabahn baku lokal dengan kadar air 50 % (SRK50) menunjukkan kualitas fermentasi  lebih baik, dengan warna silase Campuran Hijau kuning dan coklat, Bau khas asam ,tekstur utuh dan kompak, tingkat keberadaan jamur 9.19 %, persentase keberhasilan silase 91.88% dan pH 4.3,

Kata kunci : silase ransum komplit, fermentasi
ABSTRACT
                                                                                                                  


This study was conducted to evaluate fermentation  quality of four types complete feed silage base on water percentage of matter 40 % (SRK40), water percentage of matter 50 % (SRK50),  water percentage of matter l60 % (SRK60) and  water percentage of matter 70 % (SRK70) by products. Each complete feed was ensiled separately into 50 litres silo and was opened 21 day after ensiling. The silage products were evaluated in terms of physical (colour, smell, and presence of moulds), chemical (pH, ) and microbial (number of lactic acid bacteria).  Data were analyzed by using Completely Randomized Design with four treatments and three replicates, followed by LSD test. The result showed that all of complete feed silage had good quality. The types of complete feed silage affected fermentation  quality of silages (P<0.05). Complete feed silage  (SRK50) showed the best fermentation  quality with  the character ( colaur, smell, texture, fungi, percentase optimum silage  successfulness was about 91.88 % and PH 4,3
       
Keywords :  completed feed silage,ensiling

BAB I. PENDAHULUAN
Kendala umum dari pengembangan peternakan di Indonesia adalah ketersediaan dan kualitas pakan yang rendah. Permasalahan ketersediaan pakan untuk ternak ruminansia, khususnya pada musim kering, bukan disebabkan karena kurangnya produksi, akan tetapi lebih kepada faktor pengelolaan yang kurang baik.  Ketersediaan rumput misalnya akan berlimpah di musim hujan dan langka di musim kemarau.   Beberapa hasil samping agro-industri seperti bungkil inti sawit, bungkil kelapa dan onggok meskipun  tersedia sepanjang waktu dan tidak tergantung musim, tetapi karena pengelolaannya yang kurang baik, ketersediaan pakan ini menjadi tidak terjamin.
Kendala lain dari pakan adalah kualitas pakan yang relatif rendah dengan harga relatif mahal yang diakibatkan oleh teknologi pengolahan pakan yang  kurang tepat dan efisien. Bahan pakan ternak ruminansia umumnya berkadar air tinggi, sehingga pemakaian teknologi pengeringan menjadi kurang tepat karena selain membutuhkan tenaga, biaya dan waktu, cara ini juga dapat menurunkan kualitas gizi bahan pakan yang diolah.   Untuk itu, teknologi pengolahan pakan yang berorientasi ekonomi yang secara komplementer mampu menyediaakan pakan setiap saat sangat diperlukan.  Pengolahan pakan menggunakan teknologi fermentasi anaerob menjadi silase ransum komplit merupakan alternatif solusi yang tepat untuk memenuhi ketersediaan pakan, khususnya dimusim kemarau.    
Kondisi iklim tropis wilayah Indonesia, menuntut adanya terobosan teknologi dalam manajemen penyediaan dan pemberian pakan yang semakin mendesak. Kurangnya pakan hijauan pada musim kemarau dan rendahnya kualitas pakan konsentrat menyebabkan kebutuhan gizi untuk asupan ternak tidak dapat tercukupi dengan optimal. Akibatnya adalah produksi daging dan atau susu pada ternak ruminansia tidak mencapai harapan bahkan tingkat produksinya pun menurun. Selain itu, para peternak masih terbiasa memberikan pakan hijauan dan konsentrat secara terpisah. Hal ini mengakibatkan tidak seimbangnya kandungan nutrisi pakan yang diberikan dan tidak sesuai dengan kebutuhan ternak. Permasalahan dalam pemberian pakan ini biasa terjadi pada ternak-ternak yang dikandangkan. Produktivitas ternak akan optimal secara teknis maupun ekonomis jika persediaan bahan pakan kontinu (tersedia sepanjang waktu), pakan yang diberikan dapat memenuhi kebutuhan gizi ternak serta mudah dalam pemberiannya.
            Dalam upaya mengatasi permasalahan ketersediaan pakan dan meminimalkan kelemahan kelemahan dalam penyimpanan pakan, maka sangat penting dicari satu terobosan teknologi yang tidak hanya dapat menyediaakan pakan secara berkelanjutan tetapi juga dapat mempermudah peternak dalam memberikan pakan pada ternaknya.  Teknologi silase ransum komplit merupakan jawaban yang tepat untuk mengatasi permasalahan tersebut di atas.
Silase adalah suatu cara pengawetan secara anaerob melalui proses fermentasi pada kandungan air tinggi.  Ada 2 cara pembuatan silase, yakni secara kimiawi yang dilakukan dengan menambahkan asam sebagai pengawet. Penambahan tersebut dibutuhkan agar pH silase dapat turun dengan segera (sekitar 4,2- 4,5), sehingga keadaan ini akan menghambat proses respirasi, proteolisis dan mencegah aktifnya bakteri Clostridia (Waldo, 1978).  Cara yang kedua adalah secara biologis yakni dengan cara memfermentasi bahan tersebut sampai terbentuk asam sehingga menurunkan pH silase. Asam yang terbentuk selama proses tersebut antara lain adalah asam laktat, asam asetat dan asam butirat serta beberapa senyawa lain seperti etanol, karbondioksida, gas methan, karbon monoksida nitrit (NO) dan panas (Cullison, 1991).
Pada pembuatan silase secara biologis sering ditambahkan bahan aditif sebanyak kurang lebih 3% dari berat hijauan yang digunakan. Menurut Bolsen et al (1985) proses ensilase merupakan salah satu cara untuk meminimumkan kehilangan nutrient dan perubahan nilai nutrisi suatu bahan pakan (hijauan).  Proses tersebut dipengaruhi oleh faktor biologis dan teknik (Gambar 4). Proses ensilase pada dasarnya sama dengan proses fermentasi di dalam rumen (anaerob). Perbedaannya antara lain adalah bahwa dalam silase hanya sekelompok/group bakteri (diharapkan bakteri pembentuk asam laktat) yang aktif dalam prosesnya, sedangkan proses di dalam rumen melibatkan lebih banyak mikroorganisme dan beraneka ragam.
 Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pemakaian kadar air yang berbeda terhadap kualitas fermentasi silase ransum komplit berbahan baku lokal
METODELOGI  PENELITIAN
Bahan  dan Alat Penelitian
  1. Bahan Pakan ternak  : Jagung kuning, dedak, ampas tahu, limbah udang, sagu/paya, jerami jagung, jerami padi, rumput gajah,dan  rumput setaria
  2. Molases, premix,  urea, aguades,
  3. tong, lakban, sekop


Metode
Metode pembuatan pakan ternak dalam bentuk silase ransum komplit, dimulai dengan pengumpulan pakan  untuk selanjutnya dilakukan pencampuran dengan bahan baku pakan lainnya (jagung kuning, dedak, sagu(paya), ampas tahu, rumput gajah dan rumput sertaria, jerami padi dan jerami jagung, Urea, tetes dll), sesuai dengan kebutuhan nutirisi kambing lokal umur satu tahun. Kebutuhan nutrisi kambing merujuk pada NRC (2004), sedangkan formulasi ransum menggunakan soft ware Feed Mania.  Campuran bahan kemudian dimasukkan ke dalam silo, dipadatkan dan ditutup untuk mendapatkan suasana anaerob  selama 21 hari.
 Tabel 1. Komposisi susunan Ransum Silase Ransum Komplit berbahan Baku lokal

Bahan Pakan
Persentase (%)
  1. Ampas tahu
  2. Limbah udang
  3. sagu
  4. jagung
  5. dedak
  6. daun jagung
  7. R. Kinggras
  8. R. BD
  9. Tetes
  10. Urea
  11. Premix
10
5
4.67
5
20
10
20
20
3.33
1
1
Komposisi Nutrisi
Persentase Nutrisi
  1. Bahan Kering
  2. Abu
  3. Protein kasar
  4. Lemak Kasar
  5. Serat Kasar
  6. Bet-N
  7. EM
  8. Ca
  9. P
62,740
5,441
12,685
5,195
18
28,319
2228
0,624
0,247


Cara menambahkan kadar pada setiap perlakuan adalah :

Silase berkadar air (kg) =      BK ransum (%)
                                          _________________________ x jumlah ransum kompli (KG)
                                               BK silase yang ingin dibuat

Air yang ditambahkan (lt) = Silase berkadar air (KG) – jumlah ransum Komplit (KG)
Perlakuan yang digunakan dalam percobaan ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) adalah 4 peralakuan dan 3 ulangan . Sebagai perlakuan penelitian adalah kadar air ransum, dimana kadar air ransum kambing terdiri dari 40%, 50%, 60%, dan 70%. Produk silase dipanen setelah 21  hari pemeraman. Silase yang dipanen sebelum dievaluasi kualitasnya terlebih dahulu diangin-anginkan untuk menghilangkan gas yang berbahaya, setelah itu diambil sampel dari setiap perlakuan dan ulangan secara aseptik dan dibawa ke laboratorium untuk dianalisis. Analisis kualitas silase yang dilakukan meliputi karakteristik silase (bau, tekstur, jamur , warna dan keberhasilan silase),, pH, Jumlah dan jenis mikroorganisme yang terdapat pada silase,
Pengukuran Parameter
Warna, Bau dan Tekstur  Silase
          Warna, bau, tekstur silase dilakukan melalui pengamatan secara organoleptik produk silase setelah 21 hari ensilase. Sampling  dilakukan dengan mengambil bagian atas, tengah dan bawah silo.
Persentase Keberadaan Jamur
          Persentase keberadaan jamur pada permukaan silo diperoleh dengan memisahkan silase yang mengalami kerusakan, kemudian ditimbang bobotnya.                                    
% Keberadaan jamur  =  Bobot silase yang berjamur x 100%
                                        Bobot total silase

Persentase Keberhasilan  Silase 
Persentase keberhasilan silase dihitung  dengan cara sebagai berikut :
               PK    =       A         X 100 %
                              A  + B

dimana :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar